Kepada Siapa Kita Berteman Setia? (Syarah al-Ushuluts Tsalatsah Bagian 11)

Muallif berkata,

أن من أطاع الرسول و وحد الله لا يجوز له موالاة من حاد الله ورسوله ولو كان أقرب قريب

“Bahwasanya siapapun orangnya yang menaati Rasulullah dan mengesakan Allah, dia tidak boleh berteman setia kepada orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, meskipun dia orang itu adalah kerabat dekat.”

Penjelasan:

Hidup kita memang pilihan, dan setiap pilihan harus ada konsekuensi yang menyertai. Memilih untuk menaati Allah dan Rasulullah, maka salah satu konsekuensinya adalah tidak boleh berteman setia kepada orang-orang yang menentang Allah dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُوْدَ وَالنَّصٰرٰٓى اَوْلِيَاۤءَ ۘ بَعْضُهُمْ اَوْلِيَاۤءُ بَعْضٍۗ وَمَنْ يَّتَوَلَّهُمْ مِّنْكُمْ فَاِنَّهٗ مِنْهُمْ ۗ اِنَّ اللهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin(mu); mereka satu sama lain saling melindungi. Barang siapa di antara kamu yang menjadikan mereka pemimpin, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Maidah: 51)

Orang Akan Mengikuti Agama Temannya

Berteman setia kepada orang yang memusuhi Allah, dikhawatirkan ia akan terjerumus dalam perilaku mereka yang menyimpang dari jalan yang benar. Seseorang yang berteman setia kepada suatu kaum, lambat laun ia akan terpengaruh dengan sikapnya, akhlaknya, dan pola fikirnya.

Berteman setia kepada orang yang menyimpang, akan mengantarkan dia kepada penyimpangan. Sementara jalan menuju yang haram, dihukumi pula sebagai sesuatu yang haram. Muhammad al-Amin as-Syinqity berkata,

ما لا يتم ترك الحرام إلا بتركه فتركه واجب

“Suatu perkara, dimana meninggalkan yang haram tidak sempurna kecuali dengan meninggalkan perkara tersebut, maka meninggalkan perkara tersebut hukumnya wajib.”

Perintah Untuk Menyelisihi Ahli Kitab

Ada banyak nash dalam hadits Nabi yang mulia, agar kita tidak menyerupai mereka dalam perkara yang menjadi ciri khusus mereka. Bahkan Nabi menyampaikan bahwa orang yang dengan sengaja menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk dari kaum tersebut. Beliau bersabda,

من تشبه بقوم فهو منهم

“Siapa saja yang menyerupai suatu kaum, maka dia merupakan bagian dari kaum tersebut.” (HR. Abu Dawud, 4031)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,

خالفوا المشركين

“Selisihilah orang-orang musyrik!” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar)

Juga sabdanya,

خالفوا اليهود

“Selisihilah orang-orang Yahudi!” (HR. Abu Dawud, Ibnu Hibban al-Hakim dan al-Baihaqi dari Syaddad bin Aus)

Diizinkan Untuk Bermuamalah Duniawiyah

Meskipun demikian, syariat mengizinkan kepada kita untuk bermuamalah dengan mereka dalam perkara-perkara keduniaan. Maka boleh bagi kita untuk jual beli dengan mereka, sewa menyewa, pinjam meminjam, bahkan hutang piutang dengan mereka. Selama muamalah dengan mereka dilakukan bukan pada perkara maksiat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

لَا يَنْهٰىكُمُ اللهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْٓا اِلَيْهِمْۗ اِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ 

“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al-Mumtahanah: 8)

Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun pernah melakukan gadai menggadai dengan salah seorang Yahudi. Dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, Aisyah menjelaskan bahwa,

اشترى رسول الله صلى الله عليه وسلم من يهودي طعاما ورهنه درعا من حديد

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membeli makanan dari seorang Yahudi dan menggadaikan baju besinya.” (HR. Muslim, 1603)

Maka silakan bermuamalah dengan orang-orang kafir, namun tidak untuk menjadikan mereka sebagai teman setia. Karena teman setia seorang muslim adalah dengan sesama muslim. Pada pertemanan yang setia ini mereka bisa saling mengingatkan untuk taat, saling memberi masukan dan saling menasihati dalam kebaikan. Wallahu a’lam.


Temanggung, 2 Dzulqa’dah 1444 H / 22 Mei 2023 M

Ja’far Shodiq


Referensi:

1. Mudzakarah Ushul al-Fiqh ‘ala Raudhah an-Nadzir, karya Muhammad al-Amin as-Syinqithy, penerbit Dar Ibn Hazm Beirut, cetakan ke-5 tahun 2019 M.

2. Sunan Abi Dawud karya Imam Abu Dawud, penerbit al-Mathba’ah al-Anshariyah Dahla, tahun 1323 H.

3. Jami’ al-Ahadits karya Imam Abdurrahman bin Abi Bakr as-Suyuthi via Maktabah Syamilah.

4. al-Jami’ ash-Shahih karya Imam Muslim, penerbit Dar-at-Thaba’ah al-Amirah Turki, tahun 1334 H.

Sumber gambar:

https://unsplash.com/photos/2cdzDZ90M90


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url