Ada Waktu untuk Sedih dan Bahagia
Tidak dipungkiri, bahwa tidak ada satu pun manusia di dunia ini yang tidak ingin bahagia. Hanya saja, semua ada kebalikannya, dan kebalikan dari bahagia itu adalah sedih. Jika manusia pernah bahagia, pastilah ia juga pernah merasakan kesedihan.
Syaikh Ibnu Utsaimin berkata,
والإنسان في هذه الدنيا لا يمكن أن يبقى مسروراً دائما ًبل هو يوماً يسر ويوماً يحزن ويوماً يأتيه شيء ويوماً لا يأتيه.
"Seorang manusia di dunia ini tidak mungkin akan selalu bahagia. Namun pasti suatu hari dia bahagia dan sedih pada hari yang lain. Suatu hari datang (kebahagiaan) dan tidak datang pada hari yang lainnya." (Syarah Riyadhis Shalihin 1/243)
Begitulah, ada kalanya sedih dan ada kalanya bahagia, selalu berputar ibarat sebuah roda. Hanya, bagaimana sikap kita saat bahagia dan bagaimana sikap kita saat ditimpa kesedihan? Di antara manusia ada yang terlalu bahagia saat mendapat kenikmatan, dan ada yang terlalu bersedih saat menerima cobaan.
Semua Sudah Allah Tetapkan Taqdirnya
Sementara Alllah telah menetapkan takdir semua makhluk. Tidak satu pun luput dari catatan takdir yang telah Allah gariskan. Memahami hal ini, maka sudah semestinya sikap berlebihan dalam bersedih dan sikap berlebihan dalam bahagia, sebisa mungkin kita tinggalkan. Hal itu karena kita tahu bahwa semuanya adalah takdir dari Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman,
مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْرَاَهَا ۗاِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌۖ . لِّكَيْلَا تَأْسَوْا عَلٰى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوْا بِمَآ اٰتٰىكُمْ ۗوَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۙ
“Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.” (QS. al-Hadid : 22-23)
Bukan berarti kita tidak boleh berbahagia dan bersedih, yang tidak diperkenankan adalah terlalu bahagia dan terlalu bersedih sampai melebihi batas kewajaran.
Hati Manusia Ada Dalam Genggaman Allah
Kesedihan dan kebahagiaan itu muncul dari hati, dan hati itu mutlak milik Allah Ta’ala. Dia yang kuasa untuk membolak-balikkan hati. Jika ingin bahagia, mintalah kebahagiaan kepada-Nya. Dan jika tidak ingin selalu bersedih, mohonlah perlindungan dari kesedihan. Ya, hati itu ada dalam kuasa Allah Ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan,
إن قلوب بني آدم كلها بين إصبعين من أصابع الرحمن عز وجل كقلب واحد، يصرف كيف يشاء
“Sesungguhnya hati anak Adam semuanya ada di antara dua jemari dari jari-jemarinya Arrahman sebagai satu hati, Dia mengubahnya menurut kehendak-Nya. (HR. Ahmad, 11/130)
Berdoalah Agar Diberi Istiqamah
Karena hati kita ada dalam kuasa Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka berdoalah agar Allah menjadikan hati kita istiqamah. Menghindari kesedihan dan hanya ingin kebahagiaan saja, adalah suatu hal yang mustahil. Maka mintalah agar dalam semua keadaan, dalam bahagia maupun sedih, Allah tetap menjadikan hati kita istiqamah dalam menetapi kebenaran.
Jangan sampai hati kita lalai dari kebenaraan saat bahagia, atau hati kita tak terkendali saat nestapa menyapa.
يَا مُقَلِّبَ القُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ
“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu.” (HR. an-Nasai, 7/156)
Temanggung, 29 Syawal 1444 / 19 Mei 2023
Ja’far Shodiq
—
Referensi:
1. Syarah Riyadhus Shalihin karya Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, penerbit Darul Wathan Riyadh, tahun 1426 H.
2. Musnad Imam Ahmad, penerbit Muassasah ar-Risalah, tahun 2001 M.
3. Sunan al-Kubra karya Imam an-Nasai, penerbit Muassasah ar-Risalah Beirut, tahun 2001 M.
sudah di ringkas nama abda salma fausa xd
sudah meringkas ustadz
irmaliya syahida
sudah meresume
amara maula adibah
sudah meringkas ustadz (nafara salwa a)