Berilmu Sebelum Berkata dan Berbuat (Syarah Al-Ushuluts Tsalatsah Bagian 4)


Muallif berkata:

وقال البخاري رحمه الله تعالى: باب العلم قبل القول والعمل

Artinya: “Imam Bukhari – semoga Allah merahmatinya – berkata: ‘Bab berilmu sebelum berkata dan berbuat.”

Muallif menyampaikan bahwa Imam Bukhari dalam kitab shahihnya (Shahih Bukhari) menuliskan satu bab yang beliau beri judul “Bab Berilmu Sebelum Berkata dan Berbuat”.

Ini menunjukkan bahwa Imam Bukhari memberi perhatian khusus pada masalah ini, yakni masalah ilmu. Bahwa ilmu adalah sebuah keharusan sebelum seseorang berkata dan berbuat. Siapapun orangnya yang ingin berkata dan berbuat, khususnya dalam agama Islam, ia harus terlebih dahulu memiliki ilmu.

Allah berfirman:

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ

Artinya: “Ketahuilah bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah.” (QS. Muhammad: 19)

Kata i’lam (ketahuilah) menunjukkan perintah agar manusia mengilmui apa yang hendak mereka ucapkan dan kerjakan. Perkataan yang keluar dari lisan manusia ketika diilmui dengan baik, maka perkataan tersebut akan bermanfaat bagi dirinya sendiri bahkan untuk orang lain. Dia akan mendapatkan pahala dari perkataan itu atau minimal ia tidak memberi madharat kepada orang lain dengan perkataannya tersebut. Demikian juga perbuatan yang dilakukan oleh seseorang, manakala perbuatan tersebut didasari dengan ilmu yang benar, maka insya Allah perbuatan tersebut akan bermanfaat.

Dalam perkara dunia saja, ketika seseorang melakukan suatu pekerjaan dan dia mengetahui ilmunya, maka dia akan mudah dalam mengerjakan. Pekerjaan membangun rumah akan sulit dilakukan oleh pedagang namun mudah bagi tukang bangunan, ini dikarenakan tukang bangunan telah mengetahui ilmunya dan terbiasa dengan ilmu tersebut, maka pekerjaannya menjadi mudah.

Maka Imam Nawawi berkata dalam Al-Majmu’ Syarhul Muhadzab:

من أراد الدنيا فعليه بالعلم ومن أراد الآخرة فعليه بالعلم

Artinya: “Barangsiapa yang menginginkan kehidupan dunia, maka ia harus memiliki ilmu. Dan barangsiapa yang menginginkan kehidupan akhirat, maka ia harus memiliki ilmu.”

Imam Ibnu Hajar menukil perkataan Ibnul Munir: “Ilmu adalah syarat pada baiknya perkataan dan perbuatan.” (Fathul Bari)

Maksudnya adalah bahwa perkataan dan perbuatan itu bisa baik jika dibarengi dengan ilmu.

Berapa banyak orang yang berkata-kata kotor, mengumpat, mencaci maki, bukan karena dia menyengaja untuk berkata-kata kotor. Namun dikarenakan mereka ingin mengikuti tren masa kini. Jika dia mengetahui bahwa perkataan kotor itu tidak dibenarkan, tentulah mereka akan berusaha meninggalkannya.

Jika kita tarik pembahasan ini ke media sosial, maka berarti seseorang tidak dibenarkan menulis komentar jika tidak mengetahui ilmunya. Apalagi komentar dengan kalimat-kalimat cacian, umpatan dan yang semisalnya. Orang yang berilmu tentu akan menghindari perbuatan seperti itu.

Ilmu juga sangat dibutuhkan sebelum berbuat. Orang yang berbuat tanpa didasari dengan ilmu ibarat seseorang yang bepergian menuju suatu tempat namun tidak tahu arah dan tidak ada petunjuk sama sekali. Sementara orang yang ditanya pun tidak ada yang bisa menjelaskan alamatnya dimana. Dia kebingungan hingga akhirnya tidak bisa sampai ke tempat tujuan.

Dalam Islam, ilmu sebelum berbuat lebih penting dari semua itu. Itulah mengapa Allah Ta’ala mengutus Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk manusia. Tidak lain dan tidak bukan untuk memberi ilmu kepada manusia tentang jalan pulang. Jalan panjang yang harus ditempuh menuju Allah ‘azza wa jalla.

Sebaga contoh, Allah mewajiban shalat. Maka kaifiyah (tata cara) shalat hanya bisa kita amalkan manakala kita tahu ilmunya. Jika tidak tahu ilmunya, bisa jadi shalat kita sia-sia karena ternyata berbeda dengan apa yang dituntunkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Allah mewajibkan kita puasa, bagaimana tata cara puasa? Tentu kita harus memiliki ilmu tentangnya. Dan untuk mendapatkan ilmu itu kita harus belajar. Belajar tentang syarat sah puasa, apa yang harus dilakukan ketika berpuasa, apa saja yang membatalkan puasa. Itu semua harus diilmui agar puasa kita bermanfaat dan diterima oleh Allah Ta’ala.

Intinya, segala amal perbuatan ibadah harus didasari dengan ilmu agar perbuatan tersebut bermanfaat dan mendapatkan pahala dari Allah Ta’ala.

Muallif berkata:

فبدأ بالعلم قبل القول والعمل

Artinya: “Maka dia memulai dengan ilmu sebelum berkata dan berbuat.”

Di sini muallif menguatkan kembali tentang pentingnya ilmu sebelum seseorang berkata dan berbuat.


Wallahu a’lam.

 

Temanggung, 21 Muharram 1442 / 09 September 2020

 

Rujukan:

1.     1. Shahih Bukhari

      2. Al-Majmu’ Syarah Muhadzab, Imam Nawawi.

      3. Fathul Bari, Ibnu Hajar al-Asqalani 




Next Post Previous Post
2 Comments
  • Anonim
    Anonim 08 Desember, 2020 16:16

    Barakallah fik

  • Anonim
    Anonim 09 September, 2023 14:31

    saya sudah me resume ustadz
    anggita dwi

Add Comment
comment url