Rizki Manusia Sudah Dijamin (Syarah Al-Ushuluts Tsalatsah Bagian 5)
Muallif berkata:
اعلم
رحمك الله أنه يجب على كل مسلم ومسلمة تعلم ثلاث هذه المسائل، والعمل بهن
Artinya: “Ketahuilah – semoga Allah merahmatimu – bahwasanya wajib atas
setiap muslim dan muslimah untuk mempelajari tiga masalah ini dan
mengamalkannya.”
Kembali muallif menggunakan kata i’lam (ketahuilah), menunjukkan sesuatu yang sangat penting pada apa yang hendak beliau sampaikan. Sebenarnya cukup saja jika muallif tidak menggunakan kata i’lam, namun digunakannya kata perintah i’lam demi sebuah perhatian, agar yang membaca lebih memperhatikan, tidak hanya sebagai bacaan yang berlalu begitu saja.
Setelah sebelumnya muallif berbicara masalah empat perkara yang harus dipelajari, di paragraf ini penulis berbicara tentang tiga masalah yang juga harus dipelajari. Tiga masalah ini merupakan perkara yang jika kita ketahui dan kita amalkan, insya Allah bisa menjadi jalan hidup menuju Surga yang hakiki. Dengannya pula hidup kita bisa menjadi tenang.
-------
Muallif berkata:
الأولى:
أن الله خلقنا ورزقنا
Artinya: “Masalah pertama, bahwasanya Allah telah menciptakan kita,
memberi rizki kepada kita.”
Masalah pertama yang mesti kita ketahui adalah bahwa Allah adalah Dzat yang telah menciptakan kita. Bahkan menciptakan semua makhluk, baik yang dzahir seperti manusia, hewan, tumbuhan, matahari, bulan, bintang, planet dan lain-lain, maupun makhluk yang ghaib seperti malaikat, jin, surga, neraka dan lain-lain.
Allah azza wa jalla berfirman:
يَاأَيُّهَا
النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا
زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً
Artinya: “Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah
menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Alah) menciptakan pasangannya
(Hawa) dari (diri)nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak.” (QS. An-Nisa’: 1)
Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda:
خُلِقَتِ
الْمَلَائِكَةُ مِنْ نُورٍ، وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ، وَخُلِقَ
آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ
Artinya: “Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala
api, dan Adam diciptakan dari apa yang telah dijelaskan kepada kalian.” (HR.
Muslim).
Ibnu Malik dalam Syarhul Mashabih berkata bahwa maksud dari “apa yang telah dijelaskan kepada kalian” adalah bahwa manusia diciptakan dari tanah. Atau hal tersebut tertuju pada firman Allah Ta’ala:
خَلَقَ
الْإِنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ كَالْفَخَّارِ
Artinya: “Allah menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar.”
(QS. Ar-Rahman: 14)
Oleh sebab itu kenapa kita ada, jawabannya adalah karena ada yang menciptakan. Dan Allah-lah Dzat yang telah menciptakan kita, lengkap dengan segala apa yang kita butuhkan untuk menjadi khalifah berupa dua mata untuk melihat, dua tangan untuk bekerja, dua kaki untuk berjalan serta lainnya. Dan yang paling penting adalah Allah memberi kita akal untuk kita berfikir dan hati untuk merasa. Dua yang terakhir ini adalah modal besar bagi kita sebagai khalifah di muka bumi.
Allah berfirman tentang misi kekhilafahan ini:
وَإِذْ
قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً
Artinya: “Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, ‘Aku
hendak menjadikan khalifah di bumi.” (QS. Al-Baqarah: 30)
Maka, menyadari bahwa Allah-lah yang telah menciptakan kita, adalah sebuah keyakinan dasar yang harus diyakini seyakin-yakinnya oleh setiap manusia. Dalil aqli dan dalil naqli telah banyak disebutkan oleh para ulama tentang itu.
Perkataan muallif:
ورزقنا
Artinya: “Allah memberi rizki kepada kita.”
Mengingatkan kepada kita bahwa Allah tidak menciptakan kita begitu saja kemudian Dia telantarkan kita. Tidak sama sekali. Allah menjamin setiap rizki bagi makhluk hidup ciptaan-Nya.
Allah berfirman:
وَمَا
مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا
Artinya: “Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi
melainkan semuanya dijamin Allah rizkinya.”(QS. Hud: 6)
Ibnu Katsir berkata tentang ayat ini: “Allah mengabarkan kepada kita bahwa Dia menjamin rizki para makhluk, dari semua binatang yang ada di bumi, baik yang kecil maupun yang besar, baik darat maupun laut.” (Tafsir Ibnu Katsir)
Semantara Imam al-Baidhawi berkata: “Tidaklah ada binatang melata di bumi melainkan Allah jamin rizkinya, baik makanannya maupun mata pencahariannya. Allah mencukupi kebutuhannya sebagai fadhilah dan rahmat dari Allah.” (Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil)
Maka dari itu, kita sebagai manusia yang merupakan makhluk Allah juga telah dijamin rizkinya oleh Allah. Bahkan berapa banyaknya telah Allah tetapkan takdirnya sejak usia kita empat bulan dalam kandungan. Sebagaimana disebutkan dalam hadits yang cukup panjang yang di antara bunyinya adalah:
يُؤْمَرُ
بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ، وَأَجَلِهِ، وَعَمَلِهِ، وَشَقِيٌّ أَوْ
سَعِيدٌ
Artinya: “Dan (malaikat itu) diperintahkan untuk menulis empat perkara
(kepada bayi yang masih dalam kandungan umur empat bulan); menulis rizkinya,
ajalnya, amalnya serta sengsara dan bahagianya.” (HR. Muslim)
Inilah salah satu bentuk keimanan kita terhadap rububiyah Allah Ta’ala. Keyakinan tanpa ragu sedikitpun terhadap apa yang Allah rizkikan kepada manusia. Selama manusia masih hidup, pasti akan mendapatkan rizki dari Allah Ta’ala. Maka kewajiban manusia setalah tahu bahwa rizkinya sudah diatur oleh Allah adalah ikhtiar sekuat semampunya. Berusaha meraih rizki itu dengan cara-cara yang halal.
Wallahu a’lam.
Temanggung, 21 Muharram 1442 / 09 September 2020
Referensi:
1. Shahih Muslim.
2. Syarhul Mashabih, Ibnu Malik.
3. Tafsir Ibnu Katsir.
4. Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil, Imam al-Baidhawi.