Keharusan Beramal dan Berdakwah (Syarah Al-Ushuluts Tsalatsah Bagian 2)
Muallif
berkata:
المسألة الثانية العمل به
Artinya: “Perkara
yang kedua adalah beramal dengannya (dengan ilmu tersebut).”
Sebelumnya kita telah jelaskan tentang ilmu, dimana ilmu yang paling prisip adalah mengenal Allah, Nabi-Nya dan mengenal Agama Islam dengan dalil. Maka setelah kita mempelajari, mengerti dan memahami ilmu tersebut, kewajiban kita selanjutnya adalah beramal dengannya.
Peribahasa yang cukup populer di tengah-tengah kaum muslimin adalah:
العلم بلا عمل كالشجر بلا ثمر
Artinya: “Ilmu
tanpa amal seperti pohon yang tidak berbuah”.
Pohon yang tidak berbuah memang tetap memiliki manfaat, baik dimanfaatkan rimbunnya untuk berteduh jika dia adalah pohon yang rimbun, baik dimanfaatkan kayunya untuk bahan bangunan, baik dimanfaatkan daunnya untuk makanan hewan. Namun andai pohon itu memiliki buah maka manfaatnya akan jauh lebih besar, bisa dirasakan oleh semua manusia, memberikan nutrisi bagi raga manusia, dan juga bisa jadi akan terlihat lebih indah.
Begitulah perumpamaan orang-orang yang berilmu dan kemudian mengamalkan ilmunya. Ia mulia dengan ilmunya, dan ia bertambah mulia dengan mengamalkannya.
Mengamalkan ilmu juga merupakan kebiasaan orang-orang mukmin. Dengan kata lain, orang-orang mukmin itu adalah orang-orang yang amal ibadah mereka benar-benar didasarkan pada ilmu, bukan merupakan satu amalan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan landasannya.
Ini pula yang membedakan antara orang mukmin dengan orang Yahudi dan Nasrani dalam hal ilmu dan amal. Orang mukmin dikenal dengan orang yang mengerti kebenaran dan mengamalkan kebenaran. Orang Yahudi terkenal dengan orang-orang yang mengerti kebenaran namun enggan mengikuti kebenaran itu. Sementara orang-orang Nasrani menyukai amal namun tidak dibarengi dengan landasan yang benar.
Oleh sebab itu, mengamalkan ilmu menjadi sebuah keniscayaan bagi orang-orang mukmin.
-------
Muallif berkata:
المسألة الثالثة الدعوة إليه
Artinya: “Perkara
yang ketiga adalah berdakwah kepadanya.”
Maksudnya adalah mengajak manusia untuk menuju ilmu tersebut. Kita masih ingat bahwa ilmu yang dimaksud di sini adalah mengenal Allah, Nabi-Nya dan mengenal Agama Islam dengan dalil. Sehingga maksud dari mengajak manusia untuk menuju ilmu tersebut adalah mengajak manusia untuk menganal Allah, mengajak manusia untuk mengenal Nabi-Nya dan juga mengenal Agama Islam.
Kewajiban berdakwah bukan hanya dibebankan kepada para kiai, ustadz maupun muballigh saja. Kewajiban berdakwah hakikatnya diembankan kepada seluruh kaum muslimin. Seluas-luasnya mengajak yang lain untuk mengenal Allah, Nabi-Nya dan mengenal Agama Islam.
Dakwah menjadi nafas kaum muslimin, dengannya Agama ini bisa terus lestari dan tidak punah sampai menjelang hari kiamat. Menjadi mu’allim memang tugads para ulama, kiai dan para ustadz. Namun tugas menyampaikan kebenaran adalah tugas kaum muslimin bersama. Tidak semua kaum muslimin bisa menjalankan peran sebagai ulama, namun semua kaum muslimin bisa menjadi dai.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
بلّغوا عنّي ولو آية
Artinya: “Sampaikanlah
dariku walaupun hanya satu ayat.” (HR. Bukhari)
Ketika tulisan ini ditulis, zaman sedang berada dalam percepatan kecanggihan yang luar biasa (jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya). Semua orang bisa menyampaikan apa yang hendak dia sampaikan. Hampir setiap orang memiliki akun media sosial. Maka, menjadi dai pada zaman ini menjadi lebih mudah dengan membagikan konten-konten kebaikan, baik dengan tulisan, gambar maupun video.
Maka, media sosial ini kita manfaatkan sebaik-baiknya dan kita penuhi dengan konten-konten kebaikan. Dengan itu pula keburukan bisa tersingkir. Kita merasa susah jika ingin menghentikan keburukan andai kita tidak punya kuasa di dalamnya, namun dengan memperbanyak konten kebaikan, kita yakin keburukan lama-lama akan tersingkir. Namun jika konten kebaikan enggan kita bagikan, konten keburukanlah yang akan mendominasi.
Kita ingat firman Allah Azza wa Jalla:
وقل جاء الحق وزهق الباطل إنّ الباطل كان
زهوقا
Artinya: “Dan
katakanlah, kebenaran telah datang dan yang batil telah lenyap. Sungguh yang batil
itu pasti lenyap.” (QS. Al-Isra’: 81)
Secara umum ada 4 cara membagikan kebaikan di media sosial:
1. Menulis nasihat,
artikel, motivasi ibadah dll.
2. Membuat desain
gambar islami.
3. Membuat konten
video islami.
4. Jika salah satu dari ketiga hal tersebut tidak bisa, maka kita cukup membagikan konten kebaikan dari orang lain, tentu konten-konten yang bisa dipertanggungjawabkan.
Adapun di
dunia nyata (bukan di dunia maya / media sosial) maka dakwah bisa dilakukan
dengan banyak cara. Intinya, berbuat baik dan menjadikan orang lain juga ikut
berbuat baik, baik dengan cara langsung (ceramah, tausiyah, mengajak shalat
berjamaah, mengingatkan orang lain ketika bersalah dan lain-lain), atau dengan
cara tidak langsung (memberi contoh, membuat program-program kebaikan dan
lain-lain).
Mari bersama kita ambil bagian dalam dakwah ini, dengan cara apapun asalkan benar, berlatar belakang profesi apapun, dari keluarga manapun, asalkan Islam mendapatkan manfaat dari apa yang kita lakukan. Wallahu a’lam.
Temanggung, 14 Muharram 1442 H / 02 September 2020 M