Menaati Rasulullah (Syarah al-Ushuluts Tsalatsah Bagian 7)
فمن أطاعه دخل
الجنّة ومن عصاه دخل النار
Artinya: “Siapa yang menaatinya maka ia akan masuk
surga. Dan siapa yang mendurhakainya maka ia akan masuk neraka.”
Allah Azza wa Jalla menjadikan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai teladan bagi manusia. Inilah salah satu hikmah diutusnya Rasul dari kalangan manusia, bukan kalangan malaikat. Andai Rasul diutus dari kalangan malaikat, tentu akan ada yang beralasan: “Kita tidak bisa meniru Rasul, karena dia adalah malaikat.” Perkataan ini menjadi tidak berguna karena pada kenyataannya Rasul bagi kita adalah sama seperti kita, yakni dari kalangan manusia biasa yang memiliki sifat-sifat kemanuisaan pada umumnya.
Dijadikannya Rasulullah sebagai teladan dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ
أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
Artinya: “Sungguh telah ada pada diri Rasulullah
itu suri teladan bagi kalian semua.” (QS. Al-Ahzab: 21)
Meneladani Rasulullah adalah dengan mengikuti perilaku hidupnya, mencontoh perbuatannya dan menjalankan serta menaati perintah-perintahnya, juga meninggalkan perkara-perkara yang dilarang olehnya. Dan ini semua sebagai bukti ketaatan dan bukti kecintaan kita kepada Allah.
Allah berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ
تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ
وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Artinya: “katakanlah, jika kalian mencintai Allah,
maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa
kalian. Sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS. Ali Imran: 31)
Inilah tanda cinta kepada Allah. Allah perintahkan kepada siapa saja manusia yang mencintai Allah agar mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan seandainya ada nabi sebelum Nabi Muhammad yang menjumpai Nabi Muhammad, maka nabi tersebut wajib mengikuti Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَالَّذِي نَفْسِي
بِيَدِهِ، لَوْ أَنَّ مُوسَى كَانَ حَيًّا، مَا وَسِعَهُ إِلَّا أَنْ يَتَّبِعَنِي
Artinya: “Demi Dzat yang jiwaku berada di
tangan-Nya, seandainya Nabi Musa sekarang masih hidup, maka tidak ada keluasan
baginya melainkan ia wajib mengikuti aku.” (HR. Ahmad)
Oleh karenanya, mengikuti Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam adalah sebuah kewajiban bagi seorang muslim yang tidak
bisa ditawar lagi. Dan inilah jalan munuju surga Allah yang abadi. Dan
sebaliknya, durhaka kepada Rasulullah adalah awal kerugian di akhirat. Karena
mendurhakai Rasulullah artinya tidak mau dicintai oleh Allah. Wal ‘iyadzu
billah.
CARA MENAATI RASULULLAH
Syahadat Rasul yang pernah kita ucapkan bukan hanya
sebatas ucapan semata tanpa ada kelanjutan. Syahadat Rasul memiliki konsekuensi
yang harus kita tunaikan. Nah, konsekuensi-konsekuensi inilah yang merupakan
bentuk ketaatan kita kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan berkata: “Konsekuensi syahadat Muhammadun Rasulullah” adalah menaati (perintah)nya, membernarkannya, meninggalkan apa yang beliau larang, mencukupkan diri dengan mengamalkan sunnahnya, meninggalkan perbuatan bid’ah serta mendahulukan sabdanya di atas segala pendapat orang.”
Pertama, menaati perintahnya. Apa saja yang Rasulullah perintahkan maka kita laksanakan sekuat semampu kita. Khususnya pada perkara-perkara yang wajib semisal shalat lima waktu, puasa di bulan Ramadhan dll.
Kedua, membenarkannya. Apa saja yang disabdakan oleh Rasulullah maka kita wajib mengimaninya tanpa ragu sedikitpun. Hadits-hadits yang datang kepada kita yang diriwayatkan dengan riwayat yang shahih, maka kita harus menerimanya. karena apa yang keluar dari lisan beliau adalah kebenaran.
Ketiga, meninggalkan apa yang beliau larang. Segala hal yang Rasulullah larang kita untuk melakukannya, maka kita wajib untuk meninggalkannya. Khususnya pada perkara-perkara yang haram semisal mencuri, berjudi, minum khamr dll. Karena kita meyakini bahwa apa saja yang Rasulullah larang pasti ada madharat di dalamnya.
Keempat, mencukupkan diri dengan mengamalkan sunnahnya. Sebagaimana kita sampaikan di awal bahwa Rasulullah adalah teladan, maka cukuplah bagi kita untuk mengikuti jalan hidup yang beliau bawa. Sunnah-sunnah (jalan hidup) yang beliau bawa adalah jalan hidup yang insyaAllah akan menyelamatkan kita di akhirat kelak.
Kelima, meninggalkan perbuatan bid’ah. Pada bagian sebelumnya sudah kita singgung tentang perbuatan bid’ah. Terhadap perkara-perkara yang Rasulullah contohkan dan ajarkan saja kita belum sempurna melakukan, maka kenapakah kita justru membuat perkara baru yang Rasulullah tidak ajarkan?
Keenam, mendahulukan sabdanya di atas segala pendapat orang. Hal ini karena apa yang Rasulullah sabdakan pasti benar adanya, beliau ma’shum. Sementara kita tidak ma’shum. Wallahu a’lam.
Temanggung, 29 September 2020
-----------------
Referensi:
Aqidatut Tauhid, Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan
asifa
sudah meringkas
saya Eva ,telah meringkas.
Fadhilah rahmania,sudah dirangkum.
Qonita
Sudah diringkas
nuriana aivia (nuri)
sudah selesai meringkas
zahra panca ashari.sudah meringkas .
citra
sudah meringkas
zahra pancaashari .sudah meringkas.
raissa
sudah meringkas
Alicia
sudah meringkas
iliza sudah selesai
Jihan sholekhatun n
sudah meringkas
menambah kecintaan kita kepada rasulullah saw
eki -selesai meringkas
nurul sudah selesi
rayyaa,sudah meringkas
syifa zahida an nagia
sudah meringkas ustadz
Salwa
Sudah meringkas
salma.a sudah selesai meringkas
azzahra up
azzahra up
sudah meringkas ustadz
diffa sudah selesai merangkum