Doa Memohon Cinta

Disebutkan dalam kitab ad-Du’a oleh Imam Thabrani, hadits hasan lighairih. Sebuah potongan hadits dari hadits yang cukup panjang dengan jalur sanad sebagai berikut:

Imam Thabrani – Muhammad bin Abdullah al-Hadhrami – Muhammad bin Said bin Suwaid – Said bin Suwaid – Abdurrahman bin Ishaq – Abdurrahman bin Abi Laila – Muadz bin Jabal – Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ أَحَبَّكَ، وَحُبَّ عَمَلٍ يُقَرِّبُنِي إِلَى حُبِّكَ

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon (agar aku bisa) mencintai-Mu, mencintai orang yang mencintai-Mu, dan mencintai amalan yang bisa mendekatkan aku kepada mencintai-Mu.”

 

Faidah:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling penyayang di antara para manusia yang penyayang. Dalam sirah beliau, tidak pernah beliau marah kecuali kemarahan beliau hanya jika ada kedzaliman yang memang perlu marah padanya, atau beliau marah jika ada hak-hak Allah yang tidak ditunaikan oleh manusia.

Akhlak beliau memang agung, sampai-sampai Allah ‘Azza wa Jalla menyebutkan:

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ

Artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. al-Qalam: 4)

Kasih sayang beliau kepada manusia sangat luar biasa, bahkan dengan makhluk lain pun kasih sayang beliau tetap memesona. Beliau menjanjikan:

ارْحَمْ ‌مَنْ ‌فِي ‌الْأَرْضِ يَرْحَمْكَ مَنْ فِي السَّمَاءِ

Artinya: “Sayangilah yang ada di bumi, niscaya yang ada di langit akan menyayangimu.” (al-Mustadrak ‘ala Shahihain).

 

DOA MEMOHON CINTA

Rasulullah yang penyayang mengajarkan kepada kita doa memohon kasih sayang dan cinta. Sebuah rasa yang mestinya dimiliki oleh setiap muslim kepada muslim yang lain. Rasa inilah yang kemudian melahirkan simpati dan empati. Lebih dari itu, melahirkan rasa persaudaraan atas nama Islam.

Kita ingat bagaimana kisah luar bisa yang terjadi pada Muhajirin dan Anshar. Bagaimana sebuah masyarakat Madinah menolong habis-habisan masyarakat Makkah yang hijrah ke Madinah, dimana pertolongan itu mereka lakukan pada saat mereka belum mengenal satu sama lain.

Sebagian mereka memberikan separuh hartanya, kendaraannya, rumahnya, bahkan yang lebih membuat senyum tersungging dan juga melahirkan decak kagum, ketika ada orang Anshar (Madinah) yang rela menawarkan salah satu istrinya kepada Muhajirin jika akan dinikahi, kalau ia setuju maka istrinya akan dicerai.

Kisah-kisah ini hanya bisa terjadi jika antara mereka ada sisi “persaudaraan” yang luar biasa, dan itu lahir dari rasa cinta.

Rasa cinta yang tumbuh harus diusahakan sedemikian rupa, ia tidak muncul serta merta tanpa sebab. Ada banyak cara untuk merealisasikannya. Di antara cara itu adalah dengan senjata yang paling ampuh sepanjang sejarah peradaban manusia: doa.

 

MEMOHON CINTA ALLAH ‘AZZA WA JALLA

Tentu, cinta yang pertama dan paling utama adalah mencintai-Nya dengan segenap jiwa raga. Jalan suci yang perlu ditempuh setiap manusia dalam menghamba kepada-Nya. Oleh karenanya Syaikh Shalih al-Fauzan mengatakan bahwa pilar ubudiyah yang benar ada 3: mengharap, takut, dan cinta.

Namun, syaitan punya segala cara untuk memalingkan kita dari mencintai Allah. Usaha ini telah syaitan lakukan sejak bapak pertama kita, Adam ‘alaihissalam. Oleh karenanya, selain kita berusaha sekuat tenaga untuk bisa mencintai Allah, kita juga perlu berdoa agar cinta kita kepada Allah tetap istiqamah bahkan semakin bertambah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ajarkan doa itu kepada kita:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ حُبَّكَ

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon (agar aku bisa selalu) mencintai-Mu.”

 

MEMOHON AGAR BISA MENCINTAI ORANG YANG MENCINTAI ALLAH

وَحُبَّ مَنْ أَحَبَّكَ

Artinya: “(Dan aku memohon agar bisa) mencintai orang yang mencintai-Mu.”

Cinta antara sesama muslim yang dilandasi persaudaraan karena Allah adalah perkara yang sangat penting. Cinta bagi jiwa itu lakasana pakaian bagi raga, ketiadaannya menjadikan hampa bahkan tidak bermakna.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَوْثَقُ عُرَى الإِيمَانِ، الْحَبُّ فِي اللَّهِ، وَالْبُغْضُ فِي اللَّهِ

Artinya: “Tali iman yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (Abu Dawud Ath Thayalisi, Hadits Shahih Lighairih)

Oleh karenanya, selain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kita doa memohon agar bisa mencintai Allah, beliau juga mengajarkan kita untuk berdoa memohon agar kita bisa mencintai orang yang orang itu mencintai Allah. Sebuah permintaan untuk bisa saling mencintai sesama muslim karena Allah semata, bukan karena sebab yang lain. Karena untuk kondisi inilah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: tali iman yang paling kuat.

Teringat juga dengan doa yang Allah ajarkan di dalam firman-Nya:

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

"Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang". (QS. Al-Hasyr: 10)

 

MEMOHON UNTUK BISA MENCINTAI AMAL YANG MENGANTARKAN PADA CINTA ALLAH

Allah menurunkan al-Qur’an agar manjadi petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Juga mengutus Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menjelaskan kepada manusia tentang jalan kebenaran dan keselamatan.

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ

Artinya: “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah: 2)

Maka Allah kemudian memberi kita syariat yang perlu kita ikuti, dimana syariat itu adalah jalan terang menuju tempat kembali Surga abadi.

Dalam menjalankan syariat yang telah Allah turunkan kepada manusia perlu adanya kekuatan dan kesabaran. Sementara kuat dan sabar dalam menjalankan syariat perlu pertolongan dari Allah ‘Azza wa Jalla.

Oleh sebab itu, berdoa memohon pertolongan kepada Allah agar Allah mengaruniai kita kecintaan kepada amal-amal yang bisa mendekatkan diri kepada Allah, adalah sebuah keniscayaan. Karena tanpa pertolongan dari-Nya, kita tidak bisa apa-apa.

Maka mintalah kepada Allah, minta agar kita mampu mencintai-Nya, agar kita mampu mencintai siapapun orang yang mencintai-Nya, dan agar kita mampu mencintai setiap amalan yang bisa mengantarkan kita kepada cinta-Nya.

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ أَحَبَّكَ، وَحُبَّ عَمَلٍ يُقَرِّبُنِي إِلَى حُبِّكَ

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon (agar aku bisa) mencintai-Mu, mencintai orang yang mencintai-Mu, dan mencintai amalan yang bisa mendekatkan aku kepada mencintai-Mu.”

Wallahu a’lam.

 

Temanggung, 27 Rabiul Akhir 1442 / 13 Desember 2020

 

-------

Referensi:

Al-Mustadrak ‘ala Shahihain, al-Hakim ibn al-Bai’ an-Naisaburi

Musnad Abi Dawud ath-Thayalisi, Abu Dawud ath-Thayalisi


Sumber Gambar:

www.arrabita.ma

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url