Taat Tanpa Tapi - Khutbah Idul Adha 1442 H
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ
اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهَ وَاشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا
صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا
بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
﴿يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ﴾
أَمَّا بَعْدُ
فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ
فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ
Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallahu wallahu akbar,
Allahu akbar walillahilhamd.
Jamaah Shalat Idul Adha rahimakumullah
Sesungguhnya segala puji hanya teruntuk Allah Subhanahu wa
Ta’ala atas segala nikmat yang tiada terkira, nikmat mata, nikmat telinga,
nikmat lisan, nikmat tangan, nikmat kaki, dan segenap nikmat yang kita tidak
mungkin mampu menghitungnya. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia,
Yang Esa, tiada sekutu bagi-Nya.
Shalawat dan salam semoga senantiasa teralun syahdu kepada baginda
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, Nabi yang dengannya pintu
kenabian ditutup, Nabi yang dengannya syariat para nabi disempurnakan, Nabi
yang diutus kepada seluruh manusia dan jin. Shalawat dan salam semoga juga
tetap tercurah kepada para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabiin, dan seluruh
umatnya yang senantiasa setia menjalankan sunnah-sunnahnya hingga hari kiamat.
Aamiin.
Khatib mengajak kepada diri khatib pribadi dan kepada jamaah
sekalian untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala, kareba tiada arti hidup manusia tanpa takwa, tiada makna
gelimang harta tanpa iman di dada.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Wa lillahil hamd.
Jamaah shalat Idul Adha rahimakumullah.
Kisah yang Allah sebutkan di dalam al-Qur’an adalah kisah yang
tidak akan pernah basi. Karena semakin sering mendengarkan semakin bertambah
iman, semakin sering menyampaikan semakin mengalir pahala, dan semakin didalami
semakin kita dapat menangkap hikmah agung yang tersirat darinya.
Salah satu kisah yang tidak akan pernah basi itu adalah kisah anak
yang shalih dengan ayah yang shalih pula. Ismail bersama Ibrahim ‘alaihimassalam.
Kisah yang mengharu biru, yang kisahnya menjadi pijakan awal adanya hari raya
yang hari ini kita rasakan, Idul Adha atau Idul Qurban.
Mari sejenak kita simak Firman Allah tentang itu:
﴿فَلَمَّا
بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي
أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ
سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ﴾
“Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha
bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa
aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail)
menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu,
insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS. As-Shaffat: 102)
Lihatlah bagaimana ketaatan keduanya. Ibrahim ‘alaihissalam
seorang ayah yang telah lama mendambakan seorang putra, ketika putra tercinta
itu telah hadir dalam kehidupannya, ia rela kehilangan sang buah hati demi
menjalankan titah Ilahi. Kecintaan Ibrahim kepada Allah mampu mengalahkan
kecintaan kepada apapun.
Ismail ‘alaihissalam, seorang anak belia yang dunianya masih
panjang itu juga tidak kalah taat dari sang ayah. Jawaban tegar mengalir lembut
dari lisan yang mulia, sebuah jawaban yang tidak mungkin diucapkan kecuali dari
anak yang shalih, “Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu,
insyaAllah Engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”
Ketaatan yang dicontohkan oleh Ibrahim dan Ismail ‘alaihimassalam
adalah ketaatan tanpa tapi, ketaatan tanpa butuh alasan dan penjelasan,
ketaatan yang lahir dari sebuah konsep iman “sami’naa wa atha’naa, kami
dengar dan kami taat.”
Sikap seperti ini lahir dari sebuah keyakinan bahwa apa yang Allah Subhanahu
wa Ta’ala perintahkan, jika kita melaksanakannya pasti mendatangkan
kebaikan. Dan setiap apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala larang, jika
kita menerjangnya pasti mendatangkan keburukan.
Syaikh Abu Abdirrahman al-Bassam dalam Taudhihul Ahkam berkata:
الشَّارِعُ
لَا يَأْمُرُ إلَّا بِمَا مَصْلَحَتُهُ خَالِصَةٌ أَوْ رَاجِحَةٌ، وَلَا
يَنْهَى إلَّا عَمَّا مَفْسَدَتُهُ خَالِصَةٌ أَوْ رَاجِحَةٌ
“Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya tidaklah memerintahkan
sesuatu kecuali yang murni mendatangkan maslahat atau maslahatnya dominan. Dan
tidaklah melarang sesuatu kecuali sesuatu yang benar-benar rusak atau
kerusakannya dominan.”
ANAK SHALIH LAHIR DARI RAHIM SHALIHAH
Jamaah shalat Idul Adha rahimakumullah.
Jawaban Ismail ‘alaihissalam tadi bukanlah jawaban serta
merta yang keluar begitu saja tanpa sebab yang mendahului. Ismail ‘alaihissalam
telah dididik oleh ibunya, Hajar, agar memiliki iman yang kuat. Didikan dari
ibunya inilah, yang berperan besar dalam proses pendewasaan iman.
Bahkan sang ibu, juga telah memberi contoh nyata saat beliau
ditinggal oleh Ibrahim ‘alaihissalam di tengah padang pasir tandus, di
sebuah lembah yang kini bernama Makkah. Saat itu Hajar bertanya kepada Ibrahim ‘alaihissalam,
“Wahai suamiku, apakah Allah yang memerintahkan engkau untuk melakukan ini?”
Ibrahim ‘alaihissalam menjawab, “Ya.” Hajar pun berujar, “Jika begitu,
Allah tidak mungkin menelantarkan kami.”
Sikap iman yang dimiliki oleh Hajar inilah yang diturunakan kepada
Ismail ‘alaihissalam hingga Ismail memiliki iman yang kokoh, sekokok
ayah dan ibunya.
Wahai Ibu, jadilah teladan baik bagi anak-anakmu, fungsikan rumahmu
benar-benar sebagai madrasah pertama bagi anak, bersamai anak-anakmu tumbuh
berkembang mendewasa dalam keimanan.
PERINTAH ALLAH PASTI BAIK
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa ilaaha illallahu wallahu akbar,
Allahu Akbar, walillahilhamd.
Jamaah shalat Id rahimakumullah.
Orang yang menjalankan perintah Allah tidak mungkin rugi, bahkan
andai mengerjakannya membutuhkan biaya, tidak mungkin rugi. Bahkan pada
orang-orang yang menjalankan perintah-Nya, Allah janjikan kebahagiaan.
Maka, tatkala Ibrahim ‘alaihissalam telah bersiap untuk
menyembelih Ismail, dan Ismail ‘alaihissalam telah bersiap sedia
menyerahkan raganya di tempat penyembelihan, Allah gantikan Ismail dengan
seekor sembelihan yang besar. Firman Allah:
﴿فَلَمَّا
أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ (١٠٣) وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَاإِبْرَاهِيمُ (١٠٤)
قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (١٠٥) إِنَّ
هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ (١٠٦) وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
(١٠٧)﴾
“Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim)
membaringkan anaknya atas pelipisnya, (untuk melaksanakan perintah Allah). Lalu
Kami panggil dia, “Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.”
Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu
dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS.
As-Shaffat: 103 – 107)
Begitulah Allah memberikan akhir kesudahan yang baik kepada orang
yang mau menjalankan perintah Allah dengan ikhlas mengharap ridha-Nya.
Dan akhirnya, marilah kita bersama berdoa kepada Allah subhanahu
wa ta’ala untuk kebaikan diri kita, kebaikan keluarga kita, dan kebaikan
kaum muslimin semuanya.
أعوذ
بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمن الرحيم
اَلْحَمْدُ
للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ حَمْدًا شَاكِرِيْنَ حَمْدًا نَاعِمِيْنَ حَمْدًا
يُوَافِىْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ. يَارَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ
الشُّكْرُ كَمَا يَنْبَغِىْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ
اَللهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ. اللهمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا
صَلَاتَنَا وَصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَرُكُوْعَنَا وَسُجُوْدَنَا وَقُعُوْدَنَا وَتَضَرُّعَنَا وَتَخَشُّوْعَنَا
وَتَمِّمْ تَقْصِرَنَا يَااَللهُ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ
اللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَات وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ
مِنْهُمْ وَالْأَمْوَات
اللَّهُمَّ
إِنّا نَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ , وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ
وَالْكَسَلِ , وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ , وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ
غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ
اَللهُمَّ
اِنَّا نَعُوْذُبِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَيَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَيَخْشَعُ وَمِنْ
نَفْسٍ لاَتَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَيُسْتَجَابُ لَهَا.
رَبَّنَا
تَقَبَّلْ مِنَّا اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا
اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
ربِّ
اغفِر لَناَ ولِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كمَا ربَّيَاناَ صِغَراً
رَبَّنَا
أَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ
وَصَلَّى
اللهُ عَلى مُحَمَّدٍ وَعَلى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ
sumber gambar: [jawapos.com]