Antara Bid'ah dan Dosa Lain
Allah menciptakan manusia dengan tujuan agar manusia menghamba kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Begitu juga halnya tujuan penciptaan jin. Allah berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Allah juga telah menetapkan syariat untuk hambanya berupa perintah dan larangan. Orang yang mengerjakan perintah Allah dan meninggalkan larangannya, dia dikatakan sebagai orang yang bertaqwa. Sebaliknya, orang yang mengerjakan larangan Allah dan meninggalkan perintahnya, dia dikatakan sebagai orang yang melakukan kemaksiatan.
Diantara bentuk kemaksiatan yang Allah larang kita untuk melakukannya adalah kemaksiatan berupa amal bid’ah. Bid’ah, sebagaimana yang didefinisakan oleh Imam Asy-Syatibi adalah
طريقة في الدين مخترعة، تضاهي الشرعية يقصد بالسلوك عليها المبالغة في التعبد لله سبحانه
“Cara (ibadah) dalam agama yang dibuat-buat, yang menyerupai syariat, dengan tujuan untuk dijalani dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. (Al-I’tisham, Imam as-Syatibi).”
Bid’ah adalah sebuah dosa yang hendaknya kita senantiasa berusaha untuk menghindarinya, karena bid’ah yang seolah-olah adalah ibadah, ternyata ia adalah kemaksiatan yang dinyatakan oleh Rasul sebagai perkara yang sesat. Dikatakan bahwa bid’ah itu seolah-olah adalah ibadah, karena sebagaimana perkataan Imam As-Syatibi “(bid’ah itu) menyerupai syariat”, padahal ia bukanlah syariat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
وإياكم ومحدثات الأمور، فإن كل محدثة بدعة، وكل بدعة ضلالة
“Waspadalah kalian terhadap perkara yang baru (dalam agama), karena setiap perkara yang baru (dalam agama) adalah bid’ah, dan setipa bid’ah adalah sesat.” (HR. Abu Dawud, 4607)
Kita akan melihat bagaimana buruknya dosa bid’ah dan bahwa ia lebih buruk dari dosa lain selain dari dosa bid’ah. Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam Kitab Ad-Da’ wa ad-Dawa’ menyebutkan,
ومعلوم أن المذنب إنما ضرره على نفسه، وأما المبتدع فضرره على النوع، وفتنة المبتدع في أصل الدين، وفتنة المذنب في الشهوة، والمبتدع قد قعد للناس على صراط الله المستقيم يصدهم عنه، والمذنب ليس كذلك، والمبتدع قادح في أوصاف الرب وكماله، والمذنب ليس كذلك. والمبتدع مناقض لما جاء به الرسول والعاصي ليس كذلك. والمبتدع يقطع على الناس طريق الآخرة، والعاصي بطيء السير بسبب ذنوبه.
“Dan sebagaimana yang telah diketahui bahwa pelaku dosa selain bid’ah, bahayanya hanya untuk dirinya sendiri, adapun pelaku bid’ah, bahanya bermacam-macam. Fitnah bid’ah ada pada pokok-pokok agama, dan fitnah dosa selain bid’ah ada pada syahwat. Pelaku bid’ah menghalangi manusia dari jalan Allah yang lurus, adapun pelaku dosa selain bid’ah tidak demikian. Pelaku bid’ah mencemarkan sifat-sifat Rabb dan kesempurnaan-Nya, sementara pelaku dosa selain bid’ah tidak demikian. Pelaku bid’ah menentang apa yang Rasul bawa, pelaku dosa selain bid’ah tidak demikian. Pelaku bid’ah memutus manusia jalan menuju akhirat, pelaku dosa selain bid’ah lambat jalan menuju akhirat disebabkan karena dosanya.”
Pertama
Bahaya bid’ah bermacam-macam, dan bahaya dari dosa selain bid’ah adalah untuk dirinya sendiri. Ini disebabkan karena orang yang melakukan bid’ah bisa jadi memberikan contoh kepada orang lain dan mengajarkan amal bi’dahnya kepada orang lain, sementara orang lain menganggap bahwa hal tersebut merupakan amal kebaikan. Sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ومن دعا إلى ضلالة كان عليه من الإثم مثل آثام من تبعه لا ينقص ذلك من آثامهم شيئا
“Dan siapa saja yang mengajak kepada kesesatan, maka baginya dosa seperti dosa orang yang mengikutinya, tidak mengurangi sedikitpun dari dosa orang yang mengikutinya tersebut.” (HR. Ibnu Hibban, 3722)
Orang yang melakukan bid’ah juga lebih sulit untuk diajak bertaubat dibandingkan dengan orang yang melakukan dosa selain bid’ah, hal ini karena orang yang melakukan bid’ah menganggap bahwa amalnya adalah amal kebaikan, padahal amalnya adalah amal kemaksiatan.
Kedua
Fitnah bid’ah ada pada pokok agama, dan fitnah dosa selain bid’ah ada pada syahwat. Orang yang melakukan bid’ah dia telah menyelesihi Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam. Membuat sesuatu yang baru dalam agama berarti seolah-olah dia sedang menandingi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Juga seolah-olah ia beranggapan bahwa Rasul tidak amanah dengan tidak menyampaikan risalah yang seharusnya beliau sampaikan. Juga seolah-olah dia menganggap bahwa agama Islam ini belum sempurna, sampai menambah-nambah dalam perkara agama. Sementara Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْاِسْلَامَ دِيْنًاۗ
Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu. (QS. Al-Maidah: 3)
Adapun orang yang melakukan dosa selain bid’ah, minum khamr misalnya, atau berjudi atau dosa lain, maka biasanya dosa itu dilakukan karena dorongan syahwat duniawi. Dan saat mereka melakukan dosa tersebut, masih terselip keyakinan dalam hatinya bahwa yang mereka lakukan adalah dosa.
Ketiga
Bid’ah menyesatkan manusia dari jalan yang lurus, sementara dosa selain bid’ah tidak demikian halnya. Hal ini terjadi karena pelaku bid’ah menganggap bahwa amal bid’ahnya adalah amal keshalihan, keyakinan ini merupakan keyakinan yang keliru. Jadi padanya terkumpul dua kekeliruan, keliru dalam beramal dan keliru dalam berkeyakinan. Sementara dosa selain bid’ah, meskipun amalnya keliru, namun keyakinannya masih benar, yakni keyakinan bahwa amalnya adalah amal yang keliru.
Keempat
Pelaku bid’ah mencemarkan baiknya sifat-sifat Allah yang Maha Sempurna, sementara dosa selain bid’ah tidak demikian.
Allah ‘Azza wa Jalla yang telah menciptakan kita. Dialah yang telah menurunkan syariat kepada kita berupa perintah dan larangan. Perintah dan larangan-Nya sudah sesuai dengan kebutuhan dan keadaan kita. Perintah dan larangan-Nya berdasarkan atas keadilan-Nya, rahman dan rahim-Nya dan memiliki hikmah yang agung. Lalu, ketika orang melakukan bid’ah, menambah-nambah perkara yang baru dalam agama, apa sebenarnya yang ada di benaknya? bukankah seluruh syariat-Nya sudah sesuai dengan Maha Adil-Nya, Maha Rahman-Nya dan Maha Rahim-Nya?
Kelima
Pelaku bid’ah menentang apa yang Rasul bawa, pelaku dosa selain bid’ah tidak demikian. Ini karena dia seolah-olah membuat tandingan dari apa yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ajarkan.
Keenam
Pelaku bid’ah memutus manusia dari jalan akhirat, pelaku dosa selain bid’ah lambat jalannya menuju akhirat karena dosa-dosanya. Kedua-duanya menjadi penghalang menuju akhirat, namun dosa bid’ah lebih menghalangi, karena kemungkinan ia tidak mudah untuk diharapkan taubatnya.
Kita memohon kepada Allah agar Allah senantiasa menunjukkan kita ke jalan yang lurus, memberikan hidayah kepada kita untuk mampu mengenali kebenaran sebagai sebuah kebenaran dan mengenali kesalahan sebagai sebuah kesalahan. Hanya kepada-Nya kita memohon pertolongan dari seluruh fitnah. Wallahu a’lam.
Temanggung, 15 Syawal 1444 / 5 Mei 2023
Ja’far Shodiq
—
Referensi:
1. Ad-Da’ wa ad-Dawa’ karya Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Dar al-’Alamiyyah Cairo, 2017.
2. Al-I’tisham karya Imam As-Syatibi, Dar Ibn Affan Saudi, Cetakan 1, 1992 M.
3. Sunan Abi Dawud karya Imam Abu Dawud, Dar ar-Risalah al-Amaliyah, 2009 M.
4. Shahih Ibn Hibban karya Imam Ibnu Hibban, Dar Ibn Hazm Beirut, 2012 M.
Sumber gambar: https://unsplash.com/photos/JRjUjguklu8