Tafsir al-Mujadilah Ayat 22 (Syarah al-Ushuluts Tsalatsah Bagian 12)

Setelah Muallif menjelaskan bahwa orang yang beriman kepada Allah dan Rasulullah, ia tidak boleh berteman setia kepada orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, maka kemudian beliau membawakan dalil yang terdapat dalam Al-Qur’an surat al-Mujadilah ayat 22.

Hal ini menunjukkan bahwa perkataan muallif bukan pendapat pribadi, namun merupakan hal yang sudah dijelaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an, beliau hanya menyampaikan wahyu Allah Subhanahu wa Ta’ala. Berikut kami kutipkan Al-Qur’an surat al-Mujadilah ayat 22.

لَّا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلأخِرِ يُوَآدُّونَ مَنْ حَآدَّ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَوْ كَانُوٓا۟ ءَابَآءَهُمْ أَوْ أَبْنَآءَهُمْ أَوْ إِخْوَٰنَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ كَتَبَ فِى قُلُوبِهِمُ ٱلْإِيمَٰنَ وَأَيَّدَهُم بِرُوحٍ مِّنْهُ ۖ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَا ۚ رَضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ حِزْبُ ٱللَّهِ ۚ أَلَآ إِنَّ حِزْبَ ٱللَّهِ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ

“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung.”

Tafsir at-Thabari

Imam Ibnu Jarir at-Thabari berkata tentang auat di atas,

“Maksudnya adalah bahwa engkau wahai Muhammad, tidak akan menjumpai suatu kaum yang membenarkan Allah serta yakin akan adanya hari akhir, sementara dia berkasih sayang dan berteman setia kepada orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, memusuhi Allah dan Rasul-Nya dan menyelisihi perintah Allah dan larangan-Nya. Meskipun orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya tersebut adalah bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu atau karib-kerabatmua.” (Jami’ul Bayan)

Tafsir as-Sa’di

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di berkata,

Allah berfirman, “Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya,” maksudnya tidaklah menyatu antara orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya dengan orang yang menentang Allah dan RasulNya. Tidaklah seorang hamba beriman kepada Allah dan Hari Akhir dengan sebenarnya melainkan pasti melaksanakan tuntutan dan keharusan iman yaitu mencintai dan loyal terhadap orang yang beriman dan membenci orang yang tidak beriman dan yang memusuhinya meski terhadap orang yang dekat sekalipun. Inilah iman yang sebenarnya yang bermanfaat dan yang dimaksudkan.

Orang yang memiliki sifat tersebut adalah “orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka.” Artinya, keimanan telah ditetapkan, dikokohkan, dan ditanamkan dalam diri mereka secara kuat, yang tidak bisa tergoncang dan terpengaruh oleh berbagai syubhat dan keraguan. Mereka adalah orang-orang yang dikuatkan oleh Allah “dengan pertolongan yang datang dariNya,” yakni dari wahyu, pertolongan, dan bantuan ilahi, serta kebaikan rabbani dan mereka itulah orang-orang yang memiliki kehidupan baik di akhirat. 

Mereka mendapatkan surga penuh kenikmatan di tempat keabadian. Di dalamnya terdapat semua hal yang diinginkan jiwa dan dinikmati serta dipilih oleh mata. Mereka mendapatkan kenikmatan terbesar dan terbaik, yaitu Allah menghalalkan keridhaanNya bagi mereka. Allah tidak akan murka pada mereka selamanya. Mereka ridha terhadap Rabb mereka atas berbagai macam kemuliaan, pemberian, dan derajat tinggi yang diberikan pada mereka, karena mereka tidak melihat adanya batas di atas pemberian Allah itu dan tidak pula melihat adanya akhiran di bawah pemberian itu.

Adapun orang yang mengira bahwa dirinya beriman kepada Allah dan Hari Akhir, namun di samping beriman ia juga mencintai musuh-musuh Allah dan menyukai orang-orang yang membuang keimanan di balik punggungnya, maka keimanannya hanyalah semu, yang tidak ada hakikatnya. Karena setiap hal harus memiliki bukti penguat. Anggapan saja tidak berguna dan orangnya tidak bisa dibenarkan.


Temanggung, 16 Dzulqa’dah 1444 H / 5 Juni 2023 M

Ja’far Shodiq


Referensi:

1. Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil Ayyi al-Qur’an karya Imam Abu Ja’far Muhammad ibn Jarir ath-Thabari, cetakan pertama tahun 2001 M, penerbit Dar Hijr.

2. tafsirweb.com

Sumber gambar:

https://unsplash.com/photos/PO0UHx-5mHo

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url