Kewajiban Umat Kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai Nabi dan Rasul yang Allah utus kepada segenap manusia memiliki hak yang harus ditunaikan oleh umatnya, dan itulah yang menjadi kewajiban umat kepada beliau. Hal ini merupakan konsekuensi dari status beliau sebagai seorang Rasul dan kita sebagai umat. Beberapa kewajiban kita sebagai umat terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sebagai berikut:
Pertama: Beriman secara rinci terhadap kenabian dan risalah yang beliau bawa, serta meyakini bahwa risalahnya telah menghapus seluruh risalah yang ada sebelum Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Allah Ta’ala berfirman:
فَـَٔامِنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَٱلنُّورِ ٱلَّذِيٓ أَنزَلۡنَاۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya: “Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya (Al-Qur'an) yang telah Kami turunkan. Dan Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. At-Taghabun: 8)
Kedua: Wajib meyakini bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menyampaikan risalah, menunaikan amanah, menasihati umat. Maka tidak ada satu kebaikan pun melainkan beliau telah menyampaikannya dan mengajak kepadanya, dan tidak ada satu keburukan pun melainkan beliau telah melarangnya dan memperingatkan umat akan hal itu.
Allah Ta’ala berfirman:
ٱلۡيَوۡمَ أَكۡمَلۡتُ لَكُمۡ دِينَكُمۡ وَأَتۡمَمۡتُ عَلَيۡكُمۡ نِعۡمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلۡإِسۡلَٰمَ دِينٗا
Artinya: “Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu.” (QS. Al-Ma'idah: 3)
Ketiga: Mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan mendahulukan cinta kepadanya di atas cinta kepada dirinya sendiri dan kepada segenap makhluk.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحبّ إليه من والده وولده والناس أجمعين
Artinya: “Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian hingga aku lebih dia cintai daripada orang tuanya, anaknya dan semua manusia.” (HR. Bukhari: 15, Muslim: 44)
Keempat: Mengagungkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Allah Ta’ala berfirman:
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تُقَدِّمُواْ بَيۡنَ يَدَيِ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS. Al-Hujurat: 1)
Kelima: Membaca dan memperbanyak shalawat dan salam kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana Allah Ta’ala perintahkan kita untuk itu.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَـٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِيِّۚ يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ صَلُّواْ عَلَيۡهِ وَسَلِّمُواْ تَسۡلِيمًا
Artinya: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56)
Keenam: Meyakini kisah-kisah dan kepribadian beliau serta kekhususan-kekhususan yang beliau miliki.
Ketujuh: Menghindari dan berhati-hati dari sikap berlebih-lebihan kepada beliau.
Allah Ta’ala berfirman:
قُلۡ إِنَّمَآ أَنَا۠ بَشَرٌ مِّثۡلُكُمۡ يُوحَىٰٓ إِلَيَّ أَنَّمَآ إِلَٰهُكُمۡ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌ فَمَن كَانَ يَرۡجُواْ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلۡيَعۡمَلۡ عَمَلٗا صَٰلِحٗا وَلَا يُشۡرِكۡ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدَۢا
Artinya: “Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.” Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (QS. Al-Kahf: 110)
Kedelapan: Mencintai para sahabat beliau, ahlul bait, para istri dan orang-orang yang loyal kepada beliau serta berhati-hati untuk tidak mencela serta mencacinya.
Allah Ta’ala berfirman:
وَٱلَّذِينَ جَآءُو مِنۢ بَعۡدِهِمۡ يَقُولُونَ رَبَّنَا ٱغۡفِرۡ لَنَا وَلِإِخۡوَٰنِنَا ٱلَّذِينَ سَبَقُونَا بِٱلۡإِيمَٰنِ وَلَا تَجۡعَلۡ فِي قُلُوبِنَا غِلّٗا لِّلَّذِينَ ءَامَنُواْ رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
Artinya: “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa, “Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, Sungguh, Engkau Maha Penyantun, Maha Penyayang.” (QS. Al-Hasyr: 10)
Demikianlah, semoga kita termasuk orang-orang yang diberi kemampuan oleh Allah untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban tersebut. Aamiin.
Temanggung, 12 Shafar 1446 / 17 Agustus 2024
Ja’far Shodiq
—
Referensi: I’dad Nukhbah min al-Ulama. (2011). Ushul al-Iman. Kairo: Dar I’lam as-Sunnah.