Siap Nikah? Nikah Saja!

 

MASA MUDA MASA PENUH RASA

Allah Subhanahu wa Ta’ala menggilirkan masa bagi manusia. Manusia ketika lahir dalam rupa yang sempurna berbadan kecil tanpa bisa berbuat apa-apa kecuali hanya menangis. Seiring waktu bertambah usia, 1 tahun, 2 tahun, akhirnya mulai bisa berbicara. 3 tahun, 4 tahun, mulai bisa membedakan warna. 5 tahun, 6 tahun mulai lancar berhitung dan membaca.

Akhirnya, lambat laun usia itu ia tinggalkan. Berganti usia kanak-kanak yang penuh dengan permainan. Lalu, berganti dengan usia remaja yang katanya penuh warna. Kau habiskan dengan apa masa remajamu? Semoga tetap pada jalan Allah Yang Maha Rahman.

Berganti muda, masa penuh perjuangan, masa mencari jati diri. Di sisi lain, masa ini masa yang penuh rasa. Rasa suka, benci, galau, cinta biasanya di usia ini sungguh sangat mendominasi.

Di usia ini, mulai ia mengenal rasa yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Rasa yang kadang ia sendiri tidak tahu dari mana arah datangnya. Tiba-tiba saja mengendap dalam sanubari. Tiba-tiba saja bergetar hati saat mendengar namanya. Dan tiba-tiba saja rasa itu membuat lidah kelu ketika harus berbicara dengannya.

Rasa apa? Entah!

Apakah Islam membiarkan rasa-rasa itu membuncah begitu saja tanpa solusi yang pasti? Oh, tidak! Islam itu mulia dan sempurna, segala aspek kehidupan pasti telah ada garis aturan yang membentang. Tentu, semua demi tujuan kemaslahatan pemeluknya.

 

JANGAN BANYAK DOSA

Manusia terlahir fitrah, suci tanpa dosa. Namun manusia digariskan untuk punya salah dan bahkan dosa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

كُلُّ ‌بَنِي ‌آدَمَ ‌خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ

Artinya: “Setiap anak Adam pasti punya salah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang banyak bertaubat.” (HR. Ibnu Majah)

Oleh karenanya, sebelum jauh terjebak dalam dosa, sekuat semampu kita menjaga agar tidak terjatuh di dalamnya.

Dan jebakan dosa yang dipasang oleh syetan pada anak muda, seringnya adalah jebakan rasa, rasa antara laki-laki dan perempuan. Terkadang rasa suka, rasa cinta, rasa simpati yang berlebihan, atau bahkan sekedar rasa nyaman berbagi cerita. Itu bisa menjadi jalan syetan menjebaknya dalam dosa.

Maka berhati-hati dalam masalah ini ketika muda menjadi sangat penting. Ya, jalan syetan yang lain juga banyak. Namun untuk anak muda, jalan ini yang biasanya mulus digunakan oleh syetan.

Bukankah kita melihat banyak muda mudi masa kini yang pacaran? Yang saling cinta tanpa ada ikatan pernikahan? Bukankah kita sering membaca status mesra di media sosial antara muda mudi yang belum halal? Atau jangan-jangan kita pelakunya?

Andai, andai kita pelakunya atau pernah melakukan itu, maka bersegeralah kembali kepada-Nya, pintu taubat masih terbuka lebar. Kembalilah berjalan pada jalan yang benar. Kelola rasa yang ada untuk tidak diumbar kepada yang belum halal. Kenapa? Karena penyesalan datangnya selalu belakangan.

Maka di masa muda ini, gunakan masa itu sebaik-baiknya. Boleh main? Boleh banget. Boleh bersenang-senang? Oh, boleh. Dengan satu catatan: asal jangan buat dosa.

 

JIKA SUDAH SIAP, SEGERAKAN!

Setelah kita tahu bahwa masa muda adalah masa yang penuh dengan rasa, dan rasa ini yang biasanya menyeret manusia dalam dosa, maka ambil solusi yang Islam tawarkan!

Apa solusinya? Menikah.

Untuk apa menunda pernikahan jika memang sudah siap jiwa dan raga? Bukankah kita tahu bahwa fitnah rasa itu luar biasa? Maka segerakan saja!

Umurmu berapa sekarang? 21, 22, 23, 24, atau 25? Jika umurnya antara itu, sudah waktunya untuk berfikir serius ke arah pernikahan. Jangan lagi bermain rasa, baik mempermainkan atau dipermainkan. Hatimu itu bukan warung kopi, yang hanya untuk disinggahi sebentar lalu ditinggal pergi.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ، ‌مَنِ ‌اسْتَطَاعَ ‌مِنْكُمُ ‌الْبَاءَةَ، فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ، وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ، فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ، فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

Artinya: “Wahai para pemuda, siapa di antara kalian yang sudah mampu menikah, maka menikahlah. Karena sesungguhnya dengan menikah itu lebih bisa menjaga pandangan, lebih suci bagi kemaluan. Dan barangsiapa yang belum mempu, maka berpuasalah, karena sesungguhnya puasa itu bisa menjadi perisai baginya.” (HR. Ahmad)

 

JIKA BELUM SIAP, PERSIAPKAN!

Tapi saya belum bisa masak, gimana?

Mulailah belajar masak! Jangan tunda sampai tahun depan.


Tapi saya belum tahu ilmu rumah tangga?

Belajarlah! Ikuti kajian-kajian pra nikah, baca buku tentang membangun rumah tangga. Ada banyak sekali buku yang membahas tentang itu, mulai dari buku-buku berat sampai buku-buku ringan.


Tapi saya belum selesai kuliah?

Ya sudah segera ambil keputusan:

a. Menikah meskipun masih kuliah. Tak mengapa.

b. Belum akan menikah sebelum selesai kuliah. Tak mengapa pula, tapi ingat, di masa-masa itu harus pandai-pandai menjaga diri.


Tapi orang tua saya belum mengizinkan saya untuk menikah?

Itu artinya orang tuamu belum bisa mempercayaimu, belum bisa yakin bahwa kamu sudah siap berkeluarga. Mereka belum yakin itu, bisa jadi karena selama ini mereka melihatmu masih suka jalan-jalan tidak karuan, masih suka berleha-leha, masih suka merengek manja. Jika seperti itu, rubahlah sikapmu. Yakinkan orang tuamu bahwa kamu memang sudah siap untuk menikah.


Tapi saya belum punya calon?

Ya cari! Atau minta tolong orang lain untuk mencarikan.


Tapi saya belum punya pekerjaan tetap?

Kata Ustadz Syafiq Basalamah, menikah itu tidak butuh pekerjaan tetap, yang penting tetap bekerja.


Tapi saya belum tahu caranya merawat anak?

Menikahlah! Nanti juga tahu sendiri bagaimana cara merawat anak.


Tapi saya, tapi saya, tapi saya…

Semua “tapi-tapi”mu itu cari solusinya dan ambil jalan keluar. Selanjutnya yang sangat penting, jangan lupa berdoa pada Allah Yang Maha Rahman, karena Dia yang maha kuasa atas segalanya. Dia pula yang mampu memudahkan jalan.

Jika semua usaha telah dilakukan namun belum juga ada jalan, maka bersabarlah. Insya Allah, Allah akan memudahkan jalan itu pada saat yang tepat, dengan cara yang tepat, dengan orang yang paling tepat. Insya Allah.

Wallahu a’lam.

 

Temanggung, 01 Jumadil Awal 1442 / 16 Desember 2020

 

Sumber gambar: Kompasiana

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url